Waktu Lomba Karya Tulis & Kontes Logo Beleter

Selasa, 28 September 2010

Perpanjangan Kontes Karya Tulis dan Logo Beleter

Kemarin Sabtu, 25 September 2010 acara Kopi Darat Blogger en Netter sudah selesai. Tapi, pengumuman pemenang lomba belum diumumkan. Kami sepakat dari Panitia untuk memperpanjang waktu kegiatan dikarenakan peserta yang tidak mencukupi jumlah yang seharusnya.

Dari peserta yang ada ternyata yang mengikuti kontes karya tulis ada 9 orang dan untuk peserta kontes logo beleter ada 5 orang. bagi kami ini belum mencukupi jumlah peserta yang masih sedikit.

Untuk itu, kami akan memperpanjang waktu lomba sampai 31 OKTOBER 2010 dan akan direncakan pengumumamnya pada tanggal 6 NOPEMBER 2010.

So, ikuti terus perkembangan dan info lomba ini.
Bagi yang belum mendaftar, segera ikuti kontes ini!!
Infonya baca aja ya di sini
 http://kopdarbeleter2010.blogspot.com/p/info-lomba.html
Baca selanjutnya »

Jumat, 24 September 2010

Besok Sabtu Blogshop dan Mini Pesta Blogger Pontianak Siap di Gelar

Tidak terasa, besok 25 September 2010 acara Blogshop, KopDar, Seminar dan Mini Pesta Blogger 2010 akan digelar. Segala persiapan telah dilaksanakan. Jumat pagi ini, Tim Pesta Blogger 2010 sudah mendarat di Pontianak. Kemungkinan sore Tim Pesta Blogger dan Panitia di Pontianak akan melakukan koordinasi.

Acara roadshow di Pontianak akan istimewa, karena akan dihadiri oleh beragam komunitas. Apalagi akan ada kehadiran Mr. Daniel Doughty yang merupakan perwakilan dari BorneoColours.com yang berasal dari Sabah, Malaysia.

Nah, bagi rekan-rekan yang ingin menghadiri kegiatan tersebut. Segera hubungi panitia di sini : Contact Person
Baca selanjutnya »

Selasa, 21 September 2010

Car Free Day sebagai Upaya Menciptakan Pontianak Kota Khatulistiwa Berwawasan Lingkungan


Oleh Laili Fitria**

 
Car Free Day di Pontianak
Jika sejenak menghampiri kawasan Jalan Pontianak pada Minggu pagi, tepatnya di ruas Jalan MT Haryono dan Jalan Ahmad Yani, tentu ada pemandangan lain dibandingkan dengan hari biasa. Kawasan yang biasanya penuh dengan kemacetan, kebisingan, dan polusi udara dari kendaraan, mendadak mulai jam 05.30 hingga 08.30 menjadi arena yang bebas kendaraan dan tergantikan dengan masyarakat yang memenuhinya dengan beragam aktivitas.
Setelah melalui beberapa kali uji coba, akhirnya acara Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor diresmikan oleh Wali Kota Pontianak, Sutarmidji pada 7 Februari 2010 di GOR Pangsuma Pontianak. Kegiatan tersebut merupakan gagasan dari Pemkot Pontianak. Launching Car Free Day di Pontianak juga dimeriahkan dengan atraksi terjun payung dan sebenarnya warga Pontianak patut berbangga karena merupakan acara Car Free Day yang pertama kali dilakukan di luar pulau Jawa.
Car Free Day merupakan budaya baru bagi warga Pontianak. Kegiatan ini mendapat sambutan yang antusias dari warga, terbukti dari banyaknya warga menghadirinya. Sejak pukul 05.30 WIB, warga Pontianak mulai memenuhi ruas Ahmad Yani untuk berbagai kegiatan. Masyarakat memanfaatkan ruang bebas asap kendaraan tersebut untuk jogging, bersepeda, bermain capoeira, bersepatu roda, ber-skate boarding, otopet, atau sekadar jalan-jalan santai, bahkan ada yang membawa hewan peliharaannya. Kegiatan Car Free Day juga menjadi ajang kreatifitas dengan unjuk gigi oleh sejumlah cyclist, skateboardist, dan pemain sepatu roda untuk ber-freestyle. Pemilik sepeda unik juga ada yang membawa sepedanya dalam kegiatan Car Free Day ini.
Car Free Day diberlakukan sebagai agenda rutin setiap Minggu. Ruas jalan yang kosong dan dengan adanya rindang pepohonan makin menambah suasana segar di pagi hari. Pada pelaksanaannya, kawasan ini berubah menjadi kawasan yang benar-benar bebas kendaraan, tak hanya kendaraan pribadi yang tidak diperbolehkan melewati jalan itu, kendaraan umum pun mendapat perlakuan yang sama. Sehingga terjadi penutupan jalan dan pengalihan arus lalu lintas. Car free day diharapkan bisa menjadi upaya untuk mengurangi polusi udara di Kota Pontianak yang mulai bertambah seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor.

 
Program yang Terbukti dalam Pengurangan Polusi Udara
Sebenarnya, ada beberapa upaya pemerintah dalam menerapkan program-program guna mengurangi pencemaran udara. Namun program yang sudah ada ternyata belum bisa memberikan suatu perubahan yang begitu besar. Untuk lebih jelasnya, dapat kita bandingkan program yang berpengaruh besar terhadap pengurangan pencemaran udara. Ada empat hal yang dilakukan yaitu : pengurangan kendaraan, uji emisi, jalur hijau, dan penanaman pohon.
Hasilnya bisa dilihat pada Indeks Pengurangan Pencemaran Udara di bawah ini :

Sumber : Walhi Jakarta

 
Terbukti pada program pengurangan kendaraan, ternyata mempunyai 60% pengaruh terhadap dampak polusi yang cukup tinggi, alasannya 70% faktor utama penyebab polusi adalah dari kendaraan bermotor.

 
Manfaat Car Free Day
Utamanya, kegiatan Car Free Day adalah penutupan jalan selama beberapa waktu dari arus lalu lintas kendaraan. Untuk memanfaatkan ruang jalan yang ditutup maka dilakukan berbagai kegiatan seperti petunjukan kesenian, hiburan, permainan anak-anak, olahraga, lomba-lomba, parade sepeda dan kegiatan festival jalanan lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan suasana yang berbeda pada kota. Melihat kegiatan Car Free Day yang banyak diminati oleh masyarakat kota, Car Free Day juga memberikan manfaat banyak dan berdampak pula untuk menurunkan pencemaran polusi udara.
Selain menurunkan tingkat pencemaran polusi udara, Car Free Day juga mempunyai memberikan aura positif terhadap masyarakat. Pada dasarnya Car Free Day adalah kampanye pengurangan penggunaan kendaraan pribadi, agar mengalihkan untuk menggunakan transportasi umum dan upaya-upaya perbaikan serta peningkatan kualitas udara. Sehingga melalui pelaksanaan Car Free Day akan dapat mengurangi pencemaran udara di lokasi pelaksanaan dan meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa penggunaan kendaraan pribadi harus dibatasi. Banyak hal-hal unik yang ditemui dalam Car Free Day, selain untuk mengurangi pencemaran udara, juga merupakan ajang bersosialisasi yang efektif, masyarakat merasa senang karena mempunyai sarana olahraga yang memadai dan menjadi pusat perhatian masyarakat. Disini pula berkumpul berbagai komunitas-komunitas.
Jika diteliti, cukup jarang para pengendara motor yang mengetahui bahwa timbal yang ada pada bensin dapat mengakibatkan kanker otak, polusi juga dapat memengaruhi perilaku sosial melalui efek fisiologis atau psikologisnya. Polusi juga dapat menurunkan sensitivitas sosial dan aktivitas sosial karena orang menjadi cenderung malas keluar rumah dan melakukan rekreasi luar ruangan, polusi juga dapat menyebabkan agresivitas sehingga masyarakat lebih sering emosional.
Selain itu, sebagai sarana kesehatan jasmani yang bebas polusi, Car Free Day juga sebagai media untuk ajang bersosialisasi dengan teman maupun keluarga. Olahraga yang terdapat dalam Car Free Day seperti jogging, bersepeda, sosialisasi, dan lainnya merupakan budaya berolahraga baru bagi masyarakat.
Penutupan jalan untuk kawasan Car Free Day mempunyai dampak yang signifikan terhadap pengurangan pencemaran udara, dengan berkurangnya kendaraan yang melintas maka berkurang juga tingkat kadar Carbon Monoksida, Nitrogen Monoksida, debu, gas polutan dan timbal. Sehingga Car Free Day dipandang upaya yang sangat efektif dalam pengurangan tingkat pencemaran udara suatu kota. Untuk mengetahui hasil yang lebih nyata, kegiatan ini perlu dilengkapi dengan pengukuran kualitas udara dan kualitas suara serta lalu lintas kendaraan selama dan sesudah pelaksanaan Car Free Day. Hasil pengukuran akan menjadikan advokasi kebijakan dan kampanye pentingnya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi demi terciptanya Pontianak sebagai Kota Sehat 2010.
Yang tak kalah pentingnya di balik kegiatan Car Free Day ini adalah diharapkan masyarakat bisa mengetahui, mengerti dan memahami sehingga kemudian sadar terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup di masa mendatang. Semoga Car Free Day yang dilakukan berhasil mewujudkan Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa Berwawasan Lingkungan.** (dari berbagai sumber)

 
Laili Fitria, mahasiswa peduli lingkungan
Baca selanjutnya »

GO TO SCHOOL, GO GREEN

Penulis : Hario Pamungkas

Akhir-akhir ini seringkali kita melihat dan merasakan beberapa fenomena alam yang membuat kita tercengang dan berfikir, diantaranya yaitu fenomena banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan beberapa fenomena alam lainnya yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Perubahan iklim inilah yang menjadi biang kerok dari fenomena alam tersebut sebagai akibat dari pemanasan global (global warming) yang sekarang menjadi ancaman bagi bumi ini. Lalu pertanyaannya, mengapa ini bisa terjadi?

Banyak faktor yang membuat bumi ini mengalami perubahan iklim secara signifikan, diantaranya adalah adanya pembabatan hutan (deforestrasi) secara besar-besaran baik dalam motif industrial maupun secara individu berupa pembakaran ladang berpindah yang tentunya akan menimbulkan kadar CO2 di udara bertambah dan oksigen yang dikeluarkan oleh tumbuhan berkurang seiring berkurangnya luasan hutan sebagai produsen oksigen itu sendiri. Dampaknya sudah jelas bisa ditebak, muncul efek rumah kaca di atmosfer yang berdampak pula pada peningkatan suhu secara signifikan.

Tentunya kita ingat betul di bangku sekolah seringkali diajarkan bagaimana fungsi tumbuhan dalam kehidupan melalui proses fotosintesis, dimana tumbuhan mampu menyerap karbondioksida di udara dan dengan bantuan cahaya matahari ditambah air terbentuklah amilum dan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan dan itu sangat bermanfaat bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi.

Tapi nyatanya, hal itu cuma teori yang berupa pengetahuan belaka yang sering diajarkan oleh guru di sekolah dan pada taraf implementasinya kita seringkali lepas dari teori itu dengan melakukan hal-hal yang merusak hutan seperti yang dicontohkan di atas, yaitu pembakaran dan pembalakan hutan secara besar-besaran. Tidakkah kita sadar bahwa semua itu telah memicu terjadinya kerusakan bumi ini?

Dari keprihatinan terhadap kondisi bumi inilah muncul satu gerakan yaitu "One Man One Tree" yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 November 2008 silam sebagai bentuk aksi guna mengontrol perubahan iklim dan pemanasan global yang telah terjadi. Dari gerakan inilah diharapkan setiap orang Indonesia dapat mendukung program tersebut dengan menanam satu pohon di lingkungan masing-masing dengan tujuan mendorong masyarakat agar secara terus menerus membudayakan menanam pohon.

Untuk mewujudkan terealisasinya program "One Man One Tree" ini dibutuhkan kesadaran dari semua pihak di muka bumi ini, baik guru dan anak didik di sekolah tentang pentingnya hutan secara lebih luas. Bukan sekedar belajar teori tapi dibutuhkan implementasi dari aksi sadar diri berupa penanaman kembali secara nyata dalam program yang saya gagas yaitu "Go To School, Go Green". Tidak mustahil bagi kita semua, jika kita mampu menjalankan kewajiban ini akan tercipta sekolah yang hijau, sehat dan alami yang memiliki peran penting dalam mengurangi emisi CO2 yang ada di Kalimantan Barat ini. Apakah kita ingin terus dicap sebagai negara pengekspor asap ke negara-negara tetangga? Tentu tidak, dan kita pasti bisa melakukannya. Semangat..!

Referensi :

Santri Peduli Lingkungan, http://www.gatra.com/2009-07-03/ diakses tanggal 17 September 2010

Gerakan One Man One Tree, http://alamendah.wordpress.com/2009/11/05/gerakan-one-man-one-tree/ diakses tanggal 17 September 2010


 


 


 


 


 

Baca selanjutnya »

Senin, 20 September 2010

Menanti Bumi Khatulistiwa Bersinar Kembali

Penulis : Adha Panca Wardhanu


Kota pontianak merupakan ibukota provinsi Kalimantan Barat yang secara geografis terletak tepat pada lintasan garis Khatulistiwa. Sebab itulah, kota Pontianak dijuluki "Bumi Khatulistiwa". Selain itu, kota Pontianak juga merupakan salah satu kota yang dapat diakses dari negara tetangga Malaysia melalui darat sehingga kota Pontianak merupakan kota transit dalam kegiatan perdagangan dan jasa, baik secara lokal, regional dan internasional. Letak geografis yang strategis inilah yang dijadikan pemerintah kota (Pemkot) Pontianak sebagai konsep dasar merumuskan visi kota Pontianak ke depan sebagai "Kota Khatulistiwa Yang Berwawasan Lingkungan Sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Bertaraf Internasional".
Dalam mewujudkan visi kota Pontianak yang berwawasan lingkungan, Pemkot Pontianak dihadapkan dengan berbagai masalah maupun kendala yang komplek dan rumit yang mendesak untuk segera dapat diatasi. Menurut Abdul Hamid dalam Hanafiah, (2001) kota Pontianak masih menghadapi masalah, diantaranya adalah gangguan terhadap kebersihan dan keindahan kota seperti masalah persampahan dan penataan bangunan, drainase perkotaan, tingkat disiplin warga kota yang rendah, kuantitas dan kualitas air bersih yang masih belum memenuhi tuntutan kebutuhan warga. Masalah-masalah tersebut bila tidak dapat teratasi akan menjadi hambatan dalam mewujudkan visi kota Pontianak. Untuk itu Pemkot Pontianak terus berinovasi dalam menangani masalah tersebut. Salah satu yang menjadi fokus perhatian pemerintah kota adalah masalah sampah.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang yang kita gunakan sehari-hari. Sebagai contoh, volume sampah di kota Pontianak mengalami penngkatan signifikan menjelang Ramadhan hingga tiba saat Lebaran. Semula volume sampah hanya 308 ton menjadi 403 ton/ hari (Anonim, 2010). Peningkatan sampah tersebut tidak lain karena produksi makanan setiap rumah tangga meningkat dibanding hari biasanya. Selain itu, peningkatan volume sampah juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk. Misalnya saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3/ hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3/hari (Surakusumah, 2003). Berdasarkan data sementara hasil sensus 2010 yang diperoleh dari Badan Pusat Staitistik (BPS) Pontianak, jumlah penduduk kota Pontianak kini mencapai 550.304 jiwa (Efliza, 2010). Dari jumlah penduduk yang mencapai 550.304 jiwa tersebut berpotensi menghasilkan sampah yang cukup besar. Bila penduduk Pontianak berjumlah 500.000 jiwa saja dengan asumsi tiap penduduk menghasilkan sampah 1,5 liter sampah/ hari dengan komposisi sampah organik sebanyak 85 % (622.500 liter/ hari) sampah non organik dan 15 % (127.500 liter/ hari), maka volume sampah yang ada di kota Pontianak adalah 750 m3/ hari (Anonim, 2008). Jika dihitung pertahun maka jumlah sampah di kota Pontianak mencapai 273.750 m3/ tahun atau 5 kali lebih besar dari volume candi Borobudur yang hanya 55.000 m3. Jadi dapat dibayangkan betapa banyaknya sampah yang dihasilkan pertahun di kota Pontianak. Bila Pemkot Pontianak tidak serius manangani masalah ini, maka sangat sulit rasanya untuk mewujudkan kota Pontianak "BERSINAR" (Bersih, Indah, Nyaman, Aman dan Ramah) yang merupakan slogan yang selalu melekat pada kota Pontianak.
Banyak usaha yang telah dilakukan oleh Pemkot Pontianak dalam mengatasi masalah sampah, dan hingga sampai saat ini Pemkot Pontianak masih terus berinovasi mencari solusi terbaik untuk menangani permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Pemkot Pontianak adalah menerapkan Gerakan 3R (Reduce, Recycle dan Reuse). Namun semua terasa percuma dan sia-sia bila kesadaran terhadap pentingnya lingkungan yang bersih masih sangat rendah, hal itu terlihat dengan masih banyaknya masyarakat kita yang membuang sampah sembarangan. Perilaku masyarakat seperti itulah yang perlu kita sadarkan dan dirubah, sebab walau bagaimana pun sebaik-baiknya program yang dijalankan pemerintah atau secanggih apapun alat yang digunakan untuk menangani sampah, namun apabila kesadaran masyarakat kita masih rendah sampai kapan pun masalah sampah tidak akan terselesaikan.
Untuk itu mari kita bersama meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya lingkungan hidup yang bersih terutama bagi diri kita sendiri, sebab apabila lingkungan kita bersih maka kita terhindar dari berbagai penyakit dan tubuh kita menjadi sehat dengan begitu jiwa kita pun menjadi kuat (Men sana in corpore sano). Oleh karena itu, apabila dalam diri kita masing-masing telah memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya lingkungan hidup yang bersih maka keinginan untuk menjadikan kota Pontianak "BERSINAR" akan dapat terwujud. Bahkan lebih jauh itu kita berharap dapat membawa piala ADIPURA yang merupakan lambang supremasi predikat kota terbersih di Indonesia yang sejak terakhir kali kita raih pada tahun 1988 kembali dipangkuan "Bumi Khatulistiwa" yang kita cintai ini, sekaligus mewujudkan visi kota pontianak sebagai "Kota Khatulistiwa Yang Berwawasan Lingkungan".

 
Sumber Bacaan :
Anonim, 2008. Penanganan Sampah Ideal Kota Pontianak. Http://www.maxpelltechnology.com/Penanganan%20Sampah%20Ideal%20Kota%20Pontianak.pdf. Diakses pad tanggal 18 September 2010.
Anonim, 2010. Angkut 420 Ton Sampah. Harian Pontianak Post. Pontianak. Edisi Cetak Terbit 18 September Hal. 17.
Efliza, 2010. Penduduk Kota Pontianak Capai 550.304 jiwa. http://www.tribunpontianak.co.id/read/artikel/15477. diakses pada tanggal 18 September 2010.
Hakim, Wijaya, dan Sudirja. 2006. Mencari Solusi Penanganan Masalah Sampah Kota. Dirjen Hortikultura DEPTAN RI bekerjasama dengan Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung
Hanafiah, 2001. Siapa Aktor Pembangunan Kota Pontianak. http://www.promosikesehatan.com/?act=download&id=55&f=636f642e61746f6b676e6162726f746b61&type=articles, diakses pada tanggal 17 September 2010.
Surakusumah, 2003. Permasalahan Sampah Kota Bandung dan Alternatif Solusinya. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

 

 
Baca selanjutnya »