Waktu Lomba Karya Tulis & Kontes Logo Beleter

Selasa, 31 Agustus 2010

4 WARE UNTUK KALBAR YANG LEBIH SEHAT

 PENULIS: Septami Setiawati

Provinsi Kalimantan Barat merupakan sebuah provinsi yang terletak di antara garis 2o08 LU serta 3o05 LS serta di antara 108o0 BT dan 114o10 BT. Kalbar memiliki potensi alam yang luar biasa dengan luas sekitar 146.807 km2. Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (42,32 %), padang/semak belukar/alang-alang (34,11%), dan areal untuk pemukiman hanya berkisar 0,83 % (Pemprov. Kalbar, 2010).

Sayangnya, sebagian besar hutan Kalbar dirusak hanya untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Sekitar 4,145 juta hektar hutan Kalbar dibabat untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit (Anonim (a), 2010). Selain kerusakan hutan, masalah pencemaran sungai serta pencemaran udara juga kian merajalela. Sungai-sungai di Kalbar, Sungai Kapuas contohnya, telah tercemar oleh merkuri, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan tim Bapedalda dan supplier peralatan, kadar oksigen terlarut di Sungai Kapuas sebesar 4,98 mg/l; dengan pH 4, 68; kepadatan terlarut 24,6 mg/l; kecepatan 1,6 m/s, tingkat kekeruhan air 22,1 KTU; saturasi 65,3 %; kadar polutan terlarut 29,6 mg/l; salinitas 0,0 ‰, dan daya hantar listrik atau konduktivitas sebesar 62,9 mikron/ m (Rayuni, 2009). Kadar merkuri sampai 0,2 ppb (parts per billion)-0,4 ppb, dua kali lipat di atas ambang batas normal (Mukhtar, 2008). Masalah yang tak kalah seriusnya, yakni mengenai polusi udara di Kalbar. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencapai 333-936 ppm. Kondisi tersebut melampaui ambang batas normal, yakni 0-100 ppm (Anonim (b), 2008).

Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebenarnya, sudah merupakan rahasia umum bahwa biang keladi dari semua hal ini adalah manusia itu sendiri. Kerusakan hutan yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh para pengusaha kayu dan perkebunan menebang hutan sehingga tidak ada lagi akar tanaman penyangga air pada saat hujan kemudian timbullah berbagai macam bencana. Selain itu, penyebab dari polusi air di Kalbar adalah buruknya sistem sanitasi di pemukiman masyarakat serta lemahnya praktek AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) oleh perusahaan/industri. Para pendulang emas yang melakukan praktek PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin) menggunakan logam merkuri untuk memisahkan emas dari logam lainnya. Setelah itu, limbah merkuri dibiarkan begitu saja, akhirnya terkena hujan dan mengalir menuju perairan. Tak hanya pendulang emas, tetapi juga industri yang mengalirkan limbahnya ke perairan tanpa dinetralkan terlebih dahulu. Senada dengan kedua masalah lainnya, polusi udara juga disebabkan oleh asap industri yang belum dinetralkan sebelum dibuang, asap rokok, kendaraan bermotor, dll.

Semua hal ini tidak perlu terjadi andaikan semua pihak mau bekerjasama secara profesional. Tak hanya pihak swasta dan pemerintah, masyarakat juga dapat turut serta dalam mewujudkan suatu lingkungan. Untuk mewujudkan Kalbar yang lebih baik, kita perlu 4 ware:
  • Brainware: pelaku yang meng-input informasi, memberi saran-saran yang membangun. Hal ini tentu saja bisa dilakukan oleh siapa saja. Contoh: masyarakat mengusulkan mengenai cara untuk menetralkan limbah industri atau pengusulan atas program reboisasi.
  • Hardware: pelaku yang “mengolah” ide serta saran dan mewujudkannya. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dari semua pihak. Pemerintah dan/atau pihak swasta mengolah aspirasi masyarakat mengenai perwujudan lingkungan yang lebih baik agar mudah dan tepat untuk diterapkan. Kemudian yang mewujudkannya adalah masyarakat bersama pihak pemerintah dan swasta. Dari usul yang ada, dirancanglah penerapan sistem perbaikan lingkungan yang efektif untuk diterapkan bersama-sama.
  • Software: dalam hal ini, yang termasuk software adalah suatu hal yang abstrak, namun amat berguna dalam pelaksanaan rencana yang sudah ada. Hal yang diperlukan adalah keberanian. Keberanian untuk menyatakan pendapat serta melakukan perubahan ke arah positif, bukan statis. Jika saja tidak ada keberanian dari masyarakat, pemerintah, dan swasta untuk mengusulkan terobosan baru, tentu saja hal ini dapat menutup kemungkinan pelaksanaan recovery bagi lingkungan kita.
  • Aware: hal terakhir yang tak kalah penting adalah sadar diri. Banyak orang tahu bahwa lingkungan hidup kita sudah tidak prima lagi, tetapi apakah kita sudah cukup sadar untuk mulai bertindak?
Mulailah sedini mungkin sebelum terlambat untuk menyelamatkan Kalbar. Lakukanlah hal kecil namun bermanfaat besar di kemudian hari.

Referensi:
Anonim (a), 2010, Ekspansi Perkebunan Skala besar Sebabkan Kerusakan Lingkungan, www.indowarta.com, dikunjungi pada tanggal 23 Agustus 2010.
Anonim (b), 2008, Kualitas Udara Pontianak Semakin Buruk, www.koranindonesia.com, dikunjungi pada tanggal 20 Agustus 2010.
Mukhtar, 2008, Pencemaran di Kapuas dari Hulu hingga Hilir, www.dkp.go.id, dikunjungi pada tanggal 24 Agustus 2010.
Pemprov. Kalbar, 2010, Profil, kalbarprov.go.id, dikunjungi pada tanggal 22 Agustus 2010.
Rayuni, 2009, Air Sungai Kapuas di Bawah Standar Baku Mutu, www.facebook.com, dikunjungi tanggal 21 Agustus 2010.

0 komentar:

Posting Komentar