Waktu Lomba Karya Tulis & Kontes Logo Beleter

Sabtu, 18 September 2010

Pengkonversian Hutan Sebagai Usaha Menyelamatkan Bumi

Penulis : Yoan Vivian

Seberapa nyata bahwa pemanasan global sungguh sedang terjadi saat ini ? Dengan fakta bahwa mencairnya es di kutub, hujan, banjir, kemarau berkepanjangan di seluruh belahan bumi, meningkatnya badai dan topan dari yang pernah terjadi sebelumnya, nyata terlihat bahwa pemanasan global memang sedang mengancam kelangsungan hidup manusia. Ada sekitar 7 milyar manusia di bumi, yang setiap harinya perlahan-lahan ‘merusak’ bumi dengan sisa gas beracun dari kendaraannya, sistem pendingin udara, penyemprot rambut dan lainnya. Lalu pertanyaannya, bisakah Bumi bertahan dengan kondisi yang seperti ini ? Jelas jawabannya tidak.
 
Pada zaman es ribuan tahun lalu, pemanasan global belum terjadi seperti sekarang ini. Namun beberapa tahun belakangan ini tindakan dan aktivitas manusia mengakselerasi pemanasan global di muka bumi dengan sangat cepat. Sebagai perbandingan, Bumi diibaratkan seperti sebuah bola, dan atmosfir yang menyelubungi bola itu hanya setipis kertas. Seberapa banyak polusi dan efek gas rumah kaca yang bisa diserap atmosfir ? tidak banyak. Kita, manusia tidak tau seberapa lama atmosfir itu akan bertahan, namun pastinya atmosfir itu semakin menipis dan kelangsungan hidup manusia sangat bergantung pada kondisi atmosfir tersebut. Lalu pertanyaannya, adakah yang bisa kita lakukan untuk sedikit membantu menyelamatkan Bumi ? Tentu saja ada.

Lembaga-lembaga nasional semacam WWF kini giat berkampanye untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satu contoh wujud nyata yang dilakukan adalah dengan program pengkonversian hutan. Program ini dimaksudkan untuk mencegah pengkonversian hutan; khususnya hutan dengan nilai konservasi yang tinggi menjadi perkebunan, lahan industri, pemukiman perkotaan dan sebagainya. Kita semua tahu bahwa hutan merupakan ekosistem yang paling berharga dan beragam. Hutan menyediakan berbagai macam produk dan manfaat bagi manusia yang jarang bisa disubstitusikan dengan cara lain. Oleh karena pengkonversian hutan yang berdampak sangat besar bagi perubahan iklim di Bumi ini, maka lembaga-lembaga nasional semacam WWF ini menargetkan untuk menyelamatkan 100,000 ha kawasan HCA (High Conservasion Area) yang akan dikonversi menjadi lahan perkebunan pada tahun 2013. Faktor utama mengapa konversi hutan merupakan titik fokus bagi lembaga semacam WWF adalah karena konversi hutan berkontribusi besar terhadap iklim yang terjadi. Deforestasi merupakan sumber terbesar ketiga emisi gas rumah kaca yang bertanggung jawab atas sekitar seperlima dari seluruh emisi karbon global yang disebabkan oleh manusia. Beberapa pihak dalam kerangka kerja PBB pada Konvensi Perubahan Iklim juga telah mengusulkan untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi pada perundingan iklim berikutnya.

Seyogyanya, menjaga Bumi bukanlah merupakan kewajiban lembaga-lembaga terkait semata, namun adalah kewajiban dan kesadaran semua pihak. Semua orang semestinya berperan serta dalam usaha penyelamatan Bumi dari dampak destruktif yang ada. Jika kita belum memiliki kapasitas sebesar lembaga-lembaga terkait dalam usaha menyelamatkan Bumi, bisa dimulai dengan wujud nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghemat penggunaan air, listrik, mendaur ulang sampah, dan sebagainya. Jika setiap orang di muka Bumi ini punya kesadaran untuk melestarikan lingkungannya, bukan tidak mungkin Kiamat hanya ada dalam Kitab Suci saja.

Sumber : WWF Indonesia, Forest Conversion Program, 2010

0 komentar:

Posting Komentar